Rabu, 07 Januari 2015

Bagaimana cara investasi reksadana?

Bagaimana cara investasi reksadana? Nah tuh, jadi gak sabar kan? Reksadana jelas merupakan pilihan baik untuk mulai berinvestasi di pasar modal dengan mudah tanpa harus mencari modal besar. Saking mudahnya Reksadana telah menjadi menjadi pilihan investasi populer berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, petani, ibu rumah tangga, karyawan swasta, PNS, sampai pengusaha besar. Daya tarik utama Reksadana tentulah karena kemudahan bertransaksi dan tingkat keuntungan (return) yang jauh melebihi tabungan dan deposito.

Jadi Reksadana adalah…
Reksadana ada dasarnya merupakan media investasi kolektif. Dikatakan kolektif karena uang masyarakat dikumpulkan secara kolektif oleh perusahaan pengelola investasi (Manajer Investasi – MI). Uang Anda kemudian ditanamkan tidak ke dalam satu saham saja tetapi sejumlah instrument investasi (saham, deposito, obligasi dll) pada berbagai perusahaan dan bisnis yang berbeda pula; yang secara kolektif bergabung dalam aneka produk reksadana. Masing-masing produk reksadana memiliki beberapa tempat berinvestasi yang berbeda, sesuai jenis produk tersebut.
Perusahaan Manajer Investasi sendiri merupakan perusahaan yang mendapat izin resmi dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk mengumpulkan dan menginvestasikan uang masyarakat.Daftar lengkapnya ada di sini: Daftar Manajer Investasi resmi yang Disetujui Pemerintah

Menabung, Reksadana atau Beli Saham Sendiri?
Seperti dijelaskan di atas, menabung saat ini tidaklah menarik untuk tujuan investasi karena tingkat pengembalian (return) yang rendah, bahkan lebih rendah dari rata-rata inflasi tahunan. Sementara untuk bertransaksi saham, tidak semua orang memahami atau mampu. Walau investasi saham menjanjikan keuntungan tinggi, tetapi harus dipahami juga bahwa potensi keuntungan yang tinggi disertai resiko yang tinggi pula. Nasib investasi Anda ditentukan oleh nasib perusahaan yang Anda beli sahamnya.
Sementara dalam investasi reksadana, potensi keuntungan mungkin tidak sebesar keuntungan membeli saham langsung. Akan tetapi potensi resiko juga tidak terlalu besar karena investasi Anda, sekecil apapun, ditanamkan dalam berbagai instrument investasi yang berbeda. Misalkan produk investasi yang Anda beli menanamkan dananya di 5 perusahaan yang berbeda, maka ketika nilai saham salah satu 1 atau 2 perusahaan diantaranya turun, Anda tidak perlu terlalu kuatir karena kemungkinan nilai ‘saham’ Anda di 3 perusahaan lainnya tetap atau malah naik.
Selain itu, reksadana memungkinkan Anda mulai berinvestasi saham dengan nilai nominal kecil. Dulu membuka investasi reksadana diperlukan dana besar. Akan tetapi saat ini, dengan Rp250ribu, Anda sudah bisa mulai berinvestasi reksadana.

Jenis-jenis Reksadana 
Selain pertimbangan potensi keuntungan, Anda juga sebaiknya mengenal potensi resiko berdasarkan kategori reksadana. Secara umum terdapat 4 jenis reksadana. Keempatnya dibedakan atas komposisi tempat menanamkan uang yang dikumpulkan dari masyarakat. Jenis reksadana juga sekaligus menggambarkan potensi keuntungan dan resikonya.
  1. Reksadana Pasar Uang (RDPU). Reksadana jenis ini merupakan reksadana dengan resiko terendah karena penempatan dana investasi juga memilih media pasar uang yang relative stabil seperti deposito dan surat utang dibawah 1 tahun. Tingkat pengembaliannya cukup kecil sekitar 7% setahun. Karenanya produk ini biasanya dilakukan oleh mereka yang ingin berinvestasi jangka pendek (kurang dari 5 tahun).
  2. Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT). Potensi keuntungan reksadana ini sedikit lebih tinggi dibandingkan RDPU, yaitu sekitar 10% per tahun dengan asumsi investasi jangka menengah (sekitar 3 tahun). Demikian juga resikonya sedikit lebih tinggi karena investasi umumnya ditanamkan dalam Surat Utang Negara (SUN) obligasi (pemerintah maupun swasta).
  3. Reksadana Campuran (RDC). Reksadana ini disebut campuran karena dana masyarakat diinvestasikan dalam saham dan obligasi. Biasanya investasi ini cocok bagi mereka yang ingin berinvestasi saham tetapi masih belum berani melihat fluktuasi saham yang naik turun, kadang bikin jantungan. Karenanya banyak yang menyarankan bahwa reksadana campuran cocok untuk tujuan investasi jangka menengah (3 – 5 tahun). Meskipun demikian potensi pengembalian RDC bisa mencapai 20% pertahun dengan asumsi investasi jangka panjang (lebih 10 tahun).
  4. Reksadana Saham (RDS). Ini merupakan jenis produk reksadana dengan potensi keuntungan yang sangat tinggi, di atas 20% setahun (jangka waktu investasi >10 tahun). Akan tetapi resikonya juga cukup besar sesuai dengan fluktuasi saham. Bagi Anda yang berani mengambil resiko dan mengharapkan keuntungan besar, disinilah letak investasi Anda. Walaupun RDS diinvestasikan dalam saham, resikonya tetap lebih rendah dibandingkan jika membeli saham perusahaan langsung. Karena sekali lagi produk reksadana, dalam hal ini RDS, menginvestasikan uang nasabah dalam sejumlah saham perusahaan yang berbeda, bukan hanya 1 perusahaan.
Portal Reksadana
PortalReksadana.com, salah satu media yang baik untuk belajar berinvestasi reksadana.
Dari berbagai produk tersebut, terdapat juga produk reksadana syariah yaitu produk-produk reksadana yang menanamkan investasi dalam saham atau instrumen investasi yang disesuaikan dengan syariah Islam.

Lalu mengapa reksadana begitu menarik?
Ada beberapa alasan yang membuat reksadana cocok menjadi pilihan investasi semua orang:
  1. Modal kecil. Dengan Rp250 ribu saja Anda sudah bisa membuka investasi reksadana. Selanjutnya Anda bisa menambah dan memperbesar investasi Anda mulai Rp100 ribu. Dengan modal sekecil ini, siapapun bisa memiliki investasi reksadana, termasuk ibu rumah tangga, mahasiswa, PNS, karyawan, artis, sampai kalangan profesional.
  2. Reksadana memberi potensi hasil yang tinggi dalam jangka panjang sehingga sangat cocok untuk menjadi instrumen mempersiapkan masa pensiun.
  3. Reksadana hampir mirip dengan tabungan sehingga mudah dicairkan setiap saat. Uang akan masuk ke rekening bank investator maksimum 7 hari kerja sejak penarikan.
  4. Reksadana dikelola oleh pihak profesional. Berinvestasi reksadana berarti menanamkan duit dalam usaha-usaha produktif, sebagiamana layaknya berinvestasi saham, obligasi dan sebagainya. Hanya saja, Anda tidak perlu repot menganalisa pasar, membaca potensi bisnis dan sebagainya. Semua itu dilakukan oleh manajer investasi yang legal dan berizin resmi selaku pengelola dana Anda.
  5. Perkembangan investasi mudah dipantau dari manapun. Cukup dengan membuka internet, Anda dapat melihat naik turunnya investasi reksadana Anda. Hal ini tentu sangat baik bagi PNS atau karyawan yang sering berpindah tugas. Investasi dapat dilakukan dan dipantau dari segala pelosok.
  6. Resiko lebih tersebar karena dana investasi tidak ditanamkan di satu perusahaan saja, melainkan di sejumlah perusahaan, sesuai kebijakan investasi produk reksadana tersebut. Dengan demikian penurunan nilai saham suatu perusahaan misalnya, tidak akan terlalu mempengaruhi nilai investasi kita karena bisa saja perusahan lainnya justru megalami kenaikan nilai saham.
  7. Lebih aman karena selain dikelola profesional, dana investasi tidak dipegang langsung oleh perusahaan manajer investasi melainkan dititipkan di rekening bank khusus, yang disebut bank kustodian. Uang ini pun tidak dicatat sebagai asset perusahaan manajer investasi ataupun bank kustodian, sehingga jika perusahaan atau bank tersebut bangkrut, uang investor tetap aman.

Bagaimana Memantau Perkembangan Investasi Saya?
Nilai reksadana dinyatakan dalam poin dan NAV (net asset value) / NAB (nilai asset bersih). Sebuah produk reksadana yang baru diluncurkan umumnya memiliki harga Rp1.000/poin. Jika Anda punya Rp1 juta, berarti Anda bisa membeli 1000 poin. Tetapi bila harga produk tersebut sudah Rp1.500, tentu Anda hanya bisa membeli 666,67 poin.
Keuntungan Anda nantinya dihitung dari naik turunnya nilai poin ini. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa belilah Reksadana selagi murah (baru diluncurkan, atau karena harga saham lagi anjlok), dan jual pada saat NAV/NAB-nya sudah tinggi. Pergerakan NAV/NAB diawasi oleh berbagai pihak antara lain Bapepam LK dan Bank Indonesia, sehingga Anda tidak perlu kuatir keuntungan Anda dimanipulasi.
Anda dapat melihat perkembangan NAB atau NAV, yaitu harga setiap poin reksadana Anda di media massa ekonomi seperti Bisnis Indonesia setiap hari, atau secara online di website masing-masing MI atau beberapa penyedia info reksadana seperti Infovesta.com.  Biasanya investor pun akan menerima laporan perkembangan investasi Anda setiap bulan melalui surat, disertai informasi dan analisis  perkembangan ekonomi dan bisnis.
Beberapa hal yang perlu Anda ingat:
  1. Bisnis reksadana disarankan untuk investasi minimal 3 tahun agar Anda bisa menikmati imbal hasil yang lebih baik. Jika Anda membutuhkan dana dalam jangka waktu setahun, sebaiknya didepositokan saja.
  2. Tanyakan seluruh biaya-biaya yang timbul dari produk yang Anda minati. Misalnya biaya saat pembelian atau penjualan investasi Anda. Masing-masing produk memberikan tarif biaya yang berbeda, sekitar 0 – 2%.
  3. Sebagaimana halnya memilih penasehat keuangan (Financial Advisor), pilihlah Manajemen Investasi yang terpercaya.
  4. Bisnis reksadana dijalankan dengan profesional dan tidak boleh menjanjikan imbal hasil (return) yang pasti. Berhati-hatilah jika ada yang menjamin keuntungan yang tinggi.

Disadur Dari. Howmoneyindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dan Saran anda sangat dibutuhkan sebagai kontribusi bagi kemajuan blog ini. Silahkan Poskan komentar anda dengan kata-kata yang santun, padat dan berisi. Terima kasih salam dari admin

Recent Post